Kesalahan Pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah Yang Sering Terjadi - Bimbingan Konseling Indonesia Kesalahan Pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah Yang Sering Terjadi

Kesalahan Pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah Yang Sering Terjadi

Kesalahan Pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah Yang Sering Terjadi
Kesalahan Pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah Yang Sering Terjadi

Membahas tentang kesalahan dalam bimbingan konseling memang tidak ada habisnya. Mulai dari salahnya persepsi tentang guru BK, hingga kesalahan dalam pelaksanaan bimbingan konseling itu sendiri. Berikut merupakan kesalahan pelaksanaan dalam bimbingan dan konseling disekolah yang masih sering terjadi.

Guru BK Bukan Dari Lulusan BK

Memang benar, siapapun bisa melakukan proses bimbingan. Tapi sayangnya, tidak semua bisa melakukan proses konseling. Dalam proses pelaksanaan bimbingan dan konseling, sangat dibutuhkan pengetahuan tentang dasar-dasar bimbingan konseling, bagaimana melaksanakan proses konseling, hingga ilmu tentang psikologi peserta didik. Jadi, kalau mau pelaksanaan bimbingan konseling berjalan maksimal, maka wajib banget Guru BK dari lulusan BK.

Baca Juga: Pertanyaan Yang Sering Muncul Tentang Bimbingan dan Konseling

Guru BK Menjadi Polisi Sekolah

Sulit sekali menghilangkan stereorip bahwa Guru BK bukanlah polisi sekolah. Terkadang stereotip itu diperkuat oleh Guru BK itu sendiri. Mereka melabeli dirinya jadi polisi sekolah dengan selalu memberi hukuman, padahal Guru BK seharusnya menjadi teman, bukan musuh yang ditakuti murid. Tugas menghukum biarkan menjadi milik Wakasek kesiswaan.

Jarang Melakukan Bimbingan Kelompok

Tahukah kamu bahwa pelaksanaan bimbingan kelompok itu sangatlah penting. Bahkan bisa dikatakan melebihi pentingnya melakukan layanan klasikal dikelas. Melaksanakan bimbingan kelompok dengan skala kecil hingga sedang, membuat materi lebih terfokus. Sehingga hasilnya pun lebih mudah dikontrol dan lebih maksimal.

Guru BK Kurang Kreatif dan Inovasi

Banyak sekali Guru BK yang monoton dan tidak kekinian. Akibatnya, peserta didik merasa kurang tertarik dengan bimbingan konseling itu sendiri. Sebagai Guru BK kita dituntut untuk bisa menarik perhatian peserta didik. Cara yang bisa digunakan agar peserta didik tertarik dengan bimbingan konseling itu sendiri adalah dengan membuat variasi dalam pemberian layanan.

Guru BK Memegang Lebih Dari 150 Peserta Didik

Kita sepakat bahwa Guru BK itu maksimal memegang hanya 150 peserta didik saja. Sebab kalau sudah lebih dari itu maka pelaksanaan bimbingan konseling tidak akan berjalan maksimal. Faktanya, masih banyak Guru BK yang menjadi korban. 1 Guru BK harus menangani lebih dari 150 peserta didik, huft.

Baca Juga: Pentingkah Guru BK Bagi Pendidikan?

Closing Statement

Nah, itu dia kesalahan pelaksanaan bimbingan konseling disekolah yang masih sering terjadi. Semoga dengan adanya postingan ini membuat kita sadar bahwa sebagai Guru BK masih banyak yang harus kita perbaiki agar citra bimbingan konseling disekolah menjadi baik.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama