Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan Konseling di Sekolah - Bimbingan Konseling Indonesia Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan Konseling di Sekolah

Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan Konseling di Sekolah

Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan Konseling di Sekolah
Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan Konseling di Sekolah

Evaluasi merupakan hal yang terakhir dalam melaksanakan bimbingan dan konseling. Evaluasi melihat seberapa besar pengaruh atau hasil dari layanan yang telah diberikan, evaluasi juga berfungsi untuk melihat sejauh mana tingkat kesesuaian antara permasalahan yang dihadapi dengan penyelesaian yang telah diberikan. Apabila hasilnya positif (sesuai) maka terapi yang dilakukan bisa dilaksanakan secara terus menerus sampai peserta didik mampu menggali potensi, serta mampu mengembangkan apa yang ia cita-citakan, namun begitu juga sebaliknya ketika hasil dari evaluasi menunjukan ketidakcocokan maka hal yang perlu dilakukan ialah melihat identifikasi apakah benar-banar sudah sesuai dengan prosedur yang standar atau belum. 

Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan Konseling di Sekolah

1. Susunlah program bimbingan yang relevan dengan kebutuhan bimbingan di sekolah. Karena dengan program yang relevan dengan kebutuhan ini, akan dapat berfungsi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu perlu diadakan inventarisasi masalah dan kebutuhan anak di sekolah. Kemudian untuk selanjutnya ditentukan prioritas penanganan masalah atau kebutuhan yang akan dilayani.

 2. Mempertimbangkan sifat-sifat khas sekolah, yaitu: jenis sekolah, ukuran sekolah, sifat atau tujuan sekolah, guru-huru, murid-murid dengan berbagai persoalan. Lingkungan tempat sekolah juga dapat menentukan sifat masalah dan kebutuhannya, umpamanya sekolah di kota besar, di desa, di lingkungan orang berada atau miskin. 

Baca Juga: Download Panduan Operasional Bimbingan Konseling di SMA/SMK/MA

3. Hendaknya diadakan inventarisasi berbagai macam fasilitas yang ada, termasuk di dalamnya petugas bimbingan yang telah ada sebagai pelaksana program bimbingan, ruangan yang telah tersedia dan dapat dipergunakan dan kemungkinan untuk bisa dikembangkan, dana yang tesedia dengan berbagai peralatan yang akan dipergunakan untuk memperlancar jalannya layanan bimbingan di sekolah. 

4. Hendaknya ditentukan program kerja yang terinci dan sistematis dalam program bimbingan di sekolah berdasarkan masalah-masalah yang secara mendesak harus ditangani. Program kerja harus memberi jawaban atas permasalahan atau berbagai kebutuhan yang ada. 

5. Handaknya ditentukan personalia, pembagian tugas dan tanggung jawab yang merata dengan mempertimbangkan berbagai faktor, yaitu: kemampuan, minat, kesempatan dan bakat yang dimiliki oleh staf sekolah yang ada. 

6. Menentukan organisasi, termasuk di dalamnya ialah kerja dan kerja sama dalam mewujudkan program bimbingan, cara berfungsinya tim atau personalia, berhubungan dengan tugas-tugas lainnya. 

7. Hendaknya diadakan evaluasi program bimbingan yang gunanya untuk mengecek seberapa jauh rencana dan pengaturan kerja itu telah dapat dilaksanakan. 

Baca Juga: Mengapa Guru Harus Memiliki Kompetensi Sosial? Ini Alasannya

8. Isi atau kegiatan yang diprogramkan, tidak hanya menyangkut bahan yang hendak disajikan tetapi juga metode penyajian maupun kegiatan menunjangnya. 

(Salahudin, Anas.2009. Bimbingan dan Konseling. Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konselling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Juntika Nurihsan, Achmad, Dr. M.Pd. 2006. Bimbingan Konselling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama)

Penyusunan program bimbingan konseling (BK) di sekolah disusun harus merajuk kepada program sekolah secara umum. Artinya program BK di sekolah disusun tidak boleh bertentangan dengan program sekolah yang bersangkutan. Selain itu, penyusunan program BK harus sesuai dan berorientasi dengan kebutuhan sekolah secara umum. Sebelum melaksanakan bimbingan kepada peserta didik, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan sebelum melaksanakan bimbingan. 

Sebagai langkah awal ketika akan memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik ialah identifikasi masalah yaitu mengamati peserta didik baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Suatu proses penentuan masalah yaitu dengan melihat hasil dari identifikasi yang telah dilakukan. Identfikasi sangat erat hubungannya dengan diagnosa karena ketika identifikasinya salah akan berakibat kesalahan juga dalam penentuan masalahnya. Pragnosa merupakan bentuk penentuan penyelesaian dari permasalahan yang telah teridentifikasi. Penentuan opsi penyelesaian hendaknya menitik beratkan pada tingkat kesessuaian dan ketepatan dengan masalah yang ada. Terapi merupakan bentuk langkah konkrit dari bimbingan dan konseling, proses terapi dilaksanakan secara berkesinambungan serta menghadirkan hal-hal yang sekiranya dapat mempermudah dalam mpelaksanaan terapi.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama